Kamis, 29 September 2016

PERI KECILKU



PERI KECILKU
By : fearda “fla”
Waktu sore menjelang,aku duduk diteras depan rumah. Aku termenung teringat masa-masa kemarin besama putriku namanya aura kasih, dia adalah putriku yang sangat aku sayangi.
Namun, tiga hari yang lalu dia talah meninggalkanku untuk selamanya. Padahal baru seminggu keinginannya menjadi santriwati tercapai. Aku teringat ketika dulu aura meminta untuk tinggal dsipesantren.
“Ayah… Aura tinggal dipesantren saja yach.”
“Terserah Aura saja dech. Ayah ikut maunya aura.”
Putriku yang satu ini memang sosok yang ceria dan sholehah. Setiap malam aura selalu membangunkan aku dan valen kakaknya untuk malaksanakan sholat malam, lalu mengajak membaca Al–Qur’an bersama. Itulah sebabnya keinginannya untuk tinggal dipesantren aku setujui, meski aku merasa berat hati melepasnya jauh dariku, tapi itulah mimpinya dari dulu.
Seminggu lalu aku mengantarkannya ke pesantren. Dengan berat hati dan sedih aku merelakan putriku tinggal disana dan jauh dariku. Sebelum aku pergi aku sempat berbicara kepada putri kecilku.
“jaga diri baik-baik yach, sayang.”
“iya ayah. Jangan lupa tetap rajin sholat malamnya. Meskipun aura tidak membangunkan ayah dan kak valen lagi.”
“tentu saja. Ayah pasti tetap rajin”
Beberapa hari Aura dipesantren, aku menjenguknya dengan valen untuk melihat keadaannya. Aku tak menyangka hari itu adalah hari terakhir aku melihat wajah ceria Aura. Karena dua hari sesuai aku datang menjenguknya, Aura telah tiada. Putriku meninggal dunia saat melaksanakan shalat malam. Sebelumnya disaat aku menjenguknya, Aura sempat berkata kepadaku danValen. Mungkin ucapannya adalah tanda-tanda dia akan pergi.
“Ayah… Aura pengen menjadi seorang peri.”
“lho…? (ucapku dengan heran)”
“Aura pengen jadi peri yang punya sayap supaya bisa terbang dan bertemu Bunda. Agar bunda tidak merasa sepi dan sendiri disana.”
“Aura… B unda tidak akan merasa sepi disana. Karena Bunda adalah wanita yang sholehah, baik hati dan rajin sholat malam seperti Aura. Allah pasti menjaganya dengan tenang. Aura berdo’a saja kepada Allah supaya bunda bahagia disana.”
Saat aku dsan valen mau pulang, Aura masih sempat berbisik ditelingaku “Aura sayang banget sama ayah. Jaga diri ayah baik-baik yach. Jika Aura menjadi peri, Aura akan terbang  sebentar menemui bunda.” Akupun tersenyum mendengarnya.
Lalu, Aura juga berbisik ditelinga valen “kak, jagain ayah dengan baik yach, doakan agar Aura bias mewujudkan impian Aura menjadi peri.”
Kata-kata itu adalah kata-kata terakhir untuk aku dan valen dsari Aura. Itulah sebabnya, sekarang aku memanggil peri kecilku. Setelah itu, tiga hari yang lalu ketua yayasan pesantren menelpon dan berkata bahwa peri kecilku telah meninggal dunia. Peri kecilku telah pergi untuk selamanya.
Hari menjelang gelap, lamunanku terhenti oleh kehadiran valen yang memintaku untuk masuk kerumah karena kondisi kesehatanku yang kurang baik, aku masih syok dan tak percaya dengan kepergian Aura secepat ini.
“Ayah… Aura pasti pasti bahagia karena impiannya menjadi peri tercapai.”
“Iya peri kecilku pasti tersenyum ceria.”
“tapi Aura akan sedih jika melihat kondisi kesehatan ayah melemah karena  ayah dari kemaren tidak makan dan minum obat.”
“benar valen, Aura pasti sedih melihat sikap ayah begini”
“jadi sekarang ayah makan lalu minum obat yach. Tenanglah Ayah, Aura akan bahagia dan tenang disana. Dia anak yang sholehah seperti bunda dan pasti Allah menjaganya.”
“mungkin karena Aura yang baik dsan sholehah Allah sangat menyayanginya melebihi ayah.”
“Semoga Aura dan bunda bisa tenang disisi Allah. Dan ayah harus bisa rela dan ikhlas melepas kepergian Aura.”
 Aku menangis dan berkata “kenapa Allah begitu cepat membawa peri kecil ayah…?” lalu aku memeluk valen yang juga ikut menangis. Aku melihat ke langit dan melihat bayangan wajah ceria peri kecilku yang tersenyum memandangku.

0 komentar :

Posting Komentar